Senin, 20 September 2010

Jika Kamu tidak Pernah Salah, Silahkan Menyalahkan Orang Lain....

Bagi sebagian orang yang mempunyai hati yang sakit menganggap bahwa semua orang tidak suka kepadanya. Bahkan benda mati pun dianggap ikut benci dan biang sial. Padahal jika menyadari, semua keterpurukan diri adalah itu berawal dari sendiri.
Yang terpenting bagi kita sebenarnya adalah muhasabah atau cek ricek diri kita sendiri sebelum menyalahkan siapa saja di luar kita. Memang mudah untuk melihat punggung orang lain, tetapi betapa sulitnya melihat punggung sendiri.
Tidak ada orang yang tidak pernah melakukan kesalahan di atas muka bumi ini, akan tetapi manusia yang baik adalah segera menyadari kesalahan itu dan segera memperbaikinya. Nabi dawuh, orang yang beriman tidak akan jatuh dua kali di lubang yang sama.
Saya kemudian juga teringat dawuhnya KH. Mustofa Bisri, Jika kamu tidak pernah salah, silahkan menyalahkan orang lain....

Minggu, 19 September 2010

Kerendahan Hati Orang Indonesia

Melihat sepak terjang Iwan Fals dengan berbagai karyanya yang monumental sungguh mengingatkan saya pada para tokoh besar terdahulu. Letak garis yang mengingatkan saya itu adalah kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari. Seakan-akan dia bukanlah pemimpin musisi yang dihargai jutaan orang. Seakan-akan dia bukan pimpinan OI (Orang Indonesia) yang organisasinya berkembang sampai belahan dunia.
Keteduhan wajahnya itu sungguh luar biasa. Guratan wajahnya tidak menampakkan kesombongan. Pelosok-pelosok desa dia susuri, untuk menemukan sesuatu kebenaran sejati yang dia yakini....

Mudik Kepada Allah

 
Mudik merupakan kerinduan untuk pulang ke kampung halaman.
Ada yang pulang lebih dahulu, ada pula yang terlambat
Orang yang cukup bekal akan mudik dengan senang hati
Terbayang nanti bisa berbagi rezeki
Berkendaraan dingin dan nyaman
Orang yang sedikit bekal akan mengerutkan dahi
Harus panas dan berdesakan....

Sebuah gambaran bahwa kita semua juga akan kembali kepada Allah
Ada yang meninggal waktu belia, ada yang sudah tua
Orang yang banyak pahalanya akan meninggal dengan senyuman
Tergambar jelas balasan Allah
Bertempat nyaman bersama orang beriman di surga
Orang yang sedikit pahala akan kecewa
Karena tersengat panas neraka...

Semoga kita semua bisa sama-sama disurga dan dijauhkan dari neraka....

Sabtu, 18 September 2010

Sebuah Kiasan Hidup Tanpa al-Qur’an


Kita ibaratkan ada seorang yang berjalan tanpa didampingi pemandu menuju sebuah tempat atau daerah yang tidak dikenalnya sama sekali, padahal dia akan tinggal di tempat tersebut beberapa saat untuk mencari perbekalan.

Maka yang terjadi adalah, orang tersebut akan menemui berbagai kesulitan dalam perjalanan, dia pun akan sukar dan susah ketika sampai ditempat yang dituju, karena dia tidak mengenal siapapun dan tidak tahu karakter orang-orang di sekitarnya.

Kecemasan selalu menggelayuti dirinya karena ternyata tidak mudah mengenali sifat para penduduk. Sedangkan dia juga harus mengumpulkan bekal untuk kembali ke tempat asalnya. Lebih menghawatirkan lagi baginya adalah pada saat kepulangan nanti, apakah dia akan selamat atau tidak.

Tentu saja hal ini berbeda dengan orang yang berjalan dengan pemandu, walaupun dia tidak mengenal tempat yang dituju, dia akan mudah melewati berbagai permasalahan dikarenakan sang pemandu memang sudah berpengalaman. Dia juga akan mengetahui melalui pemandu, usaha-usaha apa yang harus dilakukan agar dia mendapatkan bekal di tempat tersebut.

Melalui pemandu itu dia mengetahui sifat-sifat penduduk setempat serta kebiasaannya, sehingga dengan begitu dia tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang menjadikan penduduk benci dan tidak senang kepadanya.Sehingga nanti dia bisa kembali ke tempat asalnya dengan selamat, tanpa ada rasa kekhawatiran.

Al-Qur'an adalah pemandu utama kita semua yang sebenarnya buta tentang bagaimana ‘peta’ kehidupan di kampung dunia. Karena di dalamnya memang berisi petunjuk untuk berjalan di atas kebenaran.

Al-Qur'an merupakan kreasi dari dzat Maha Pemandu, yaitu Allah azza wajalla. Dia amat-sangat menguasai medan lapangan kampung dunia, karena Dialah yang menciptakannya. Dia tahu betul dan faham karakteristik seisi kampung dunia. Sungguh adanya pemandu ini adalah bukti nyata bahwa Allah swt adalah Maha Penyayang kepada para hamba-Nya.

Maka, dengan membacanya kita akan diarahkan pada jalan kehidupan yang baik. Dijelaskan antara yang halal dan yang haram. Kita juga akan terbimbing untuk mengenal cara yang baik dalam mencari bekal di kampung dunia sebelum kembali kepada Allah. Kita tidak akan tersesat jika taat kepada pemandu.

Dengan pemandu itu pula kita akan dibimbing untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah dan seisi alam jagad raya, khususnya sesama manusia. Kita juga akan diberi tahu karakter-karakter penduduk kampung dunia, serta contoh-contoh manusia yang baik dan durhaka. Sehingga kita benar-benar bisa mengambil pelajaran berharga. Bahkan kita seakan diajak langsung melihat bukti nyata peninggalan sejarah orang-orang terdahulu dengan cerita hikmah yang mempesona.

Sehingga pada saat akan kembali ke kampung akhirat atau kembali kepada Allah, jiwa kita akan tenang dan tidak diliputi kegelisahan, karena bekal yang kita usahakan sudah terkumpul. Kita pun akan senang dan senyum penuh keridlaan saat kembali ke kampung itu, karena itulah kampung kita sebenarnya yang akan kekal hidup di sana untuk selamanya. Sedangkan kampung dunia, hanyalah sementara.

Sungguh rugi, jika kita menganggap kampung dunia ini sebagai tujuan utama. Salah satu tandanya adalah, kita begitu respek terhadap masalah dunia serta bersungguh-sungguh, dan sebaliknya lemah ghirah dan loyo terhadap urusan akhirat.

Allah swt akan cinta dengan amalan kita, jika kita menggunakan pandu al-Qur'an yang Dia ciptakan. Dan inilah kedudukan yang sebenarnya kita harapkan, yaitu Allah ridla kepada kita, sedangkan kita pun ridla kepada Allah.

Rasulullah juga menerangkan kepada para sahabat, bahwa Allah swt telah membuat perumpamaan berupa sebuah jalan yang lurus. Di kedua sisi jalan itu ada dinding yang padanya terdapat beberapa pintu yang terbuka. Pada pintu-pintu terdapat tirai yang dilabuhkan. Sementara di atas pintu gerbang jalan tersebut ada penyeru yang berkata:

“Wahai manusia, laluilah jalan ini sampai ke ujung dan janganlah kalian berbelok-belok”, sementara itu ada penyeru lain di atas jalan tersebut yang berkata kepada manusia yang bermaksud membuka pintu salah satu dari pintu-pintu itu:

“Celaka, jangan membukanya, sebab bila engkau membukanya, engkau pasti akan terperosok masuk ke dalamnya”.

Jalan lurus yang dimaksud adalah Islam, dinding maksudnya adalah hukum-hukum Allah, pintu-pintu yang terbuka maksudnya adalah hal-hal yang haramkan Allah, penyeru di atas pintu gerbang maksudnya al-Qur’an, sedangkan penyeru di atas jalan maksudnya adalah nasehat dari Allah yang ada di dalam hati setiap manusia.

Jadi, jika kita sudah bersyahadat, kemudian mengamalkan hukum Allah, menjauhi yang haram, berpegang teguh kepada al-Qur’an dan berhati bersih, maka kita adalah pemuda hebat yang berada di atas jalan yang lurus.

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Imam Muslim di atas juga menunjukkan bagaimana pentingnya al-Qur’an sebagai penyeru hati, jiwa, dan ruh agar kita selalu berada di jalan yang lurus yaitu dinul Islam, sekaligus terhindar dari jalan yang menjerumuskan dalam pintu-pintu kemaksiatan dan kesesatan.

Istilah Kakean Stilah


Dugem: Dunia Gemar Mengaji

KBS: Keluarga Besar Syetan

Matqolamcing: Qomat Teko Salam Plencing

Bangsawan: Bangsane Tangi awan

Sarib: Asar campur Magrib

Subha: Subuh campur Dhuha

La yamutu wala yahya: Tidak bermutu, ngabiskan biaya

Menjadi Manusia Sejarah

Menjadi manusia hidup di dunia hanya sebentar saja. Manusia akan dikenang kebaikan dan keburukannya setelah meninggal dunia. Manusia yang paling bahagia adalah yang paling takwa dan bermanfaat bagi sesama. Manusia akan menjadi bersejarah dengan karya nyata. Dengan menulis buku, karya itu akan terus dibaca oleh generasi selanjutnya. Maka manusia itu akan menjadi bagian sejarah di zamannya. Inilah jariah ilmu yang akan terus mengalir selamanya....Semoga kita semua diberi kemampuan oleh Allah azza wajalla....

Tidur, Jatuh, Tidur Lagi

Seorang bapak setengah tua mengayuh sepeda angin di jalan raya sebuah desa ketika hari malam mulai gelap. Sedangkan anaknya yang berumur sekitar lima tahun dibonceng di belakang. Karena tahu anak kecil itu mengantuk, dia mempercepat ayuhan sepedanya agar cepat sampai di rumah. Tetapi ketika sampai rumah, dia kaget sekali karena anaknya sudah tidak ada di boncengan. Dengan cepat dia kembali menyusuri jalan raya yang baru saja dia lalui, dari kejauhan nampak anaknya tergeletak di tengah jalan. Sambil mengayuh, dia menangis tersedu mengira anaknya tertabrak sepeda motor atau mobil, lalu ditinggal pergi penabrak. Ketika sudah dekat, dia langsung memeluk anak itu;

“Nak, nak, kamu tidak apa-apa nak?” tanyanya sambil memegangi seluruh tubuh.

Suasana hening. Tidak ada jawaban. Dia semakin cemas, tetapi tidak selang beberapa lama terdengar suara;

“Ngesss, ngesss, ngesss…groook”

Sang bapak pun tahu, itu tipe suara dengkuran anaknya setiap tidur. Sontak dia mengucap;

“Alhamdulillah, ternyata kamu tidur. Sudah jatuh dari sepeda kok ya tidak bangun. Untung saja tidak ada mobil lewat. ”

Membaca Sejarah

Membaca sejarah orang-orang berjiwa besar dan berani mengambil resiko untuk kepentingan kemanusiaan sesungguhnya merupakan bentuk internalisasi jiwa mereka ke dalam jiwa kita. Lebih dari itu, kita tidak mudah patah semangat dengan sandungan kegagalan, dikarenakan kita menganggap itu adalah bagian dari kerikil kecil dari perjalanan hidup, walaupun sebagaian besar mengatakan kegagalan adalah masalah besar.

Membaca sejarah menjadikan pemikiran kita jauh lebih progresif dan kreatif mengembangkan setiap jengkal kesempatan menjadikannya sesuatu yang bermanfaat terutana untuk kepentingan kita saat nanti di akhirat...